N.A.D :
Lembah Alas
Sumatra Utara : Madekdek Magambiri
Sumatra Barat :
Mak Inang
Riau : Kutang Barendo
Kep. Riau : Pak Ngah Balek
Jambi : Timang-Timang Anakku Sayang
Bengkulu : Lalan Belek
Kep. Bangka Belitung : Yok Miak
Sumatra Selatan : Kabile-Bile
Lampung : Cangget Agung
Banten : Dayung Sampan
Jakarta : Jali-Jali
Jawa Tengah : Gambang Suling
Yogyakarta : Pitik Tukung
Jawa Timur : Cublak-cublak Suweng
Jawa Barat : Tokecang
Kalimantan Selatan :
Paris Barantai
Kalimantan Tengah : Tumpi Wayu
Kalimantan Barat :
Cik-Cik Periuk
Kalimantan Timur : Oh Adingkoh
Bali :
Dewa Ayu
Nusa Tenggara Barat : Tutu Koda
Nusa Tenggara Timur :
Desaku
Sulawesi Utara : Tan Mahurang
Gorontalo : Binde Biluhuta
Sulawesi Barat : Io-Io
Sulawesi Tengah : Tondok Kadadiangku
Sulawesi Selatan :
Ma Rencong
Sulawesi Tenggara : Peia Tawa-Tawa
Maluku : Siwalima Arika
Papua Barat : Yamko Rambe Yamko
Seni Budaya
Rabu, 28 Mei 2014
Rabu, 19 Februari 2014
Tradisi - Tradisi Unik di Lombok
Selain terkenal dengan keindahan panoramanya, Lombok juga memiliki beberapa Tradisi yang unik. Beberapa diantaranya adalah :
1. Bau Nyale
Disebut "Bau Nyale" bukan karena Nyalenya yang bau y =D disebut demikian karena dalam bahasa Sasak "Bau" itu memiliki arti "Mengambil".Nyale sendiri memiliki arti "cacing laut". Jadi Bau Nyale adalah upacara perburuan cacing laut untuk menyambut Pasola. Biasanya acara ini diselenggrakan sekitar bulan Februari dan Maret. Untuk menyambutnya biasanya masyarakat telah melakukan berbagai macam ritual dari jauh-jauh hari. Salah satunya dilakukan di rumah masing-masing, malam hari sebelum upacara dilakukan.
Beberapa ritual yang dilakukan biasanya adalah potong ayam dan membuat ketupat. Ini disebabkan karena ritual ini erat kaitannya dengan kegiatan Pasola untuk melihat baik dan buruknya nasib seseorang yang akan ikut dalam Pasola.
Sang pemimpin adat atau rato melihat hasil olahan ayam dan ketupat. Apabila ayam panggang masih mengeluarkan darah dari ususnya, dan ketupat yang telah masak, ada yang berwarna merah, atau kecoklatan, maka diyakini ini merupakan pertanda buruk. Yakni anggota keluarga yang ikut Psola, akan mendapat bahaya, seperti menderita luka-luka, atau bahkan meninggal dunia.
Ketika malam semakin larut, para rato yang bertugas mengamati munculnya bulan purnama, segera bersiap-siap memakai pakaian kebesaran rato (Atau biasa disebut rowa rato). Biasanya ritual ini dilakukan dengan cara berdoa di atas batu kubur (nisan) dan menghadap ke arah bulan purnama.
Dengan menghadap ke arah bulan purnama, para rato bisa memastikan ketepatan dan posisi bulan, serta keadaan gelombang laut di pantai. Dari situlah akan diputuskan saatnya nyale. Begitu nyale atau cacing laut sudah terlihat, seluruh warga yang telah berkumpul sejak subuh, memulai perburuannya.
Tradisi ini berasal dari cerita rakyat Lombok yang berjudul "Putri Mandalika". Jadi Nyale diibaratkan sebagai perwujudan Putri Mandalika.
2.Perang Topat
Perang topat adalah sebuah acara adat yang diadakan di Pura Lingsar, Lombok. Perang ini merupakan simbol perdamaian antara umat Muslim dan Hindu di Lombok. Acara ini dilakukan pada sore hari, setiap bulan purnama ke tujuh dalam penanggalan Suku Sasak. Sore hari yang merupakan puncak acara yang dilakukan setelah salat ashar atau dalam bahasa Sasak “rarak kembang waru” (gugur bunga waru) Tanda itu dipakai oleh orang tua dulu untuk mengetahui waktu salat Ashar. Ribuan umat Hindu dan Muslim memenuhi Pura Lingsar, dua komunitas umat beda kepercayaan ini menggelar prosesi upacara Puja Wali, sebagai ungkapan atas puji syukur limpahan berkah dari sang pencipta. 'Perang' yang dimaksud disini bukan perang saling bunuh - bunuhan gitu tapi saling melempar ketupat di antara masyarakat Muslim dengan masyarakat Hindu. Ketupat yang telah digunakan untuk berperang seringkali diperebutkan, karena dipercaya bisa membawa kesuburan bagi tanaman agar hasil panennya bisa maksimal. Kepercayaan ini sudah berlangsung ratusan tahun, dan masih terus dijalankan.
Topat atau Ketupat adalah makanan berbahan dasar beras yang dibungkus menggunakan anyaman daun kelapa yang masih muda.
3.Kawin Lari
Kawin lari merupakan tindakan melarikan seorang wanita tanpa izin, yang bertujuan untuk hidup bersama maupun menikah. Tradisi ini masih terjadi di wilayah Lombok, khususnya bagi masyarakat Suku Sasak.
1. Bau Nyale
Disebut "Bau Nyale" bukan karena Nyalenya yang bau y =D disebut demikian karena dalam bahasa Sasak "Bau" itu memiliki arti "Mengambil".Nyale sendiri memiliki arti "cacing laut". Jadi Bau Nyale adalah upacara perburuan cacing laut untuk menyambut Pasola. Biasanya acara ini diselenggrakan sekitar bulan Februari dan Maret. Untuk menyambutnya biasanya masyarakat telah melakukan berbagai macam ritual dari jauh-jauh hari. Salah satunya dilakukan di rumah masing-masing, malam hari sebelum upacara dilakukan.
Beberapa ritual yang dilakukan biasanya adalah potong ayam dan membuat ketupat. Ini disebabkan karena ritual ini erat kaitannya dengan kegiatan Pasola untuk melihat baik dan buruknya nasib seseorang yang akan ikut dalam Pasola.
Sang pemimpin adat atau rato melihat hasil olahan ayam dan ketupat. Apabila ayam panggang masih mengeluarkan darah dari ususnya, dan ketupat yang telah masak, ada yang berwarna merah, atau kecoklatan, maka diyakini ini merupakan pertanda buruk. Yakni anggota keluarga yang ikut Psola, akan mendapat bahaya, seperti menderita luka-luka, atau bahkan meninggal dunia.
Ketika malam semakin larut, para rato yang bertugas mengamati munculnya bulan purnama, segera bersiap-siap memakai pakaian kebesaran rato (Atau biasa disebut rowa rato). Biasanya ritual ini dilakukan dengan cara berdoa di atas batu kubur (nisan) dan menghadap ke arah bulan purnama.
Dengan menghadap ke arah bulan purnama, para rato bisa memastikan ketepatan dan posisi bulan, serta keadaan gelombang laut di pantai. Dari situlah akan diputuskan saatnya nyale. Begitu nyale atau cacing laut sudah terlihat, seluruh warga yang telah berkumpul sejak subuh, memulai perburuannya.
Tradisi ini berasal dari cerita rakyat Lombok yang berjudul "Putri Mandalika". Jadi Nyale diibaratkan sebagai perwujudan Putri Mandalika.
2.Perang Topat
Perang topat adalah sebuah acara adat yang diadakan di Pura Lingsar, Lombok. Perang ini merupakan simbol perdamaian antara umat Muslim dan Hindu di Lombok. Acara ini dilakukan pada sore hari, setiap bulan purnama ke tujuh dalam penanggalan Suku Sasak. Sore hari yang merupakan puncak acara yang dilakukan setelah salat ashar atau dalam bahasa Sasak “rarak kembang waru” (gugur bunga waru) Tanda itu dipakai oleh orang tua dulu untuk mengetahui waktu salat Ashar. Ribuan umat Hindu dan Muslim memenuhi Pura Lingsar, dua komunitas umat beda kepercayaan ini menggelar prosesi upacara Puja Wali, sebagai ungkapan atas puji syukur limpahan berkah dari sang pencipta. 'Perang' yang dimaksud disini bukan perang saling bunuh - bunuhan gitu tapi saling melempar ketupat di antara masyarakat Muslim dengan masyarakat Hindu. Ketupat yang telah digunakan untuk berperang seringkali diperebutkan, karena dipercaya bisa membawa kesuburan bagi tanaman agar hasil panennya bisa maksimal. Kepercayaan ini sudah berlangsung ratusan tahun, dan masih terus dijalankan.
Topat atau Ketupat adalah makanan berbahan dasar beras yang dibungkus menggunakan anyaman daun kelapa yang masih muda.
3.Kawin Lari
Kawin lari merupakan tindakan melarikan seorang wanita tanpa izin, yang bertujuan untuk hidup bersama maupun menikah. Tradisi ini masih terjadi di wilayah Lombok, khususnya bagi masyarakat Suku Sasak.
Adat istiadat suku sasak dapat anda saksikan pada saat resepsi perkawinan, dimana perempuan apabila mereka mau dinikahkan oleh seorang lelaki maka yang perempuan harus dilarikan dulu kerumah keluarganya dari pihak laki laki, ini yang dikenal dengan sebutan meracik atau selarian.
Caranya cukup sederhana, gadis pujaan itu tidak perlu memberitahukan kepada kedua orangtuanya. Bila ingin menikah, gadis itu dibawa. Mencuri gadis dengan melarikan dari rumah menjadi prosesi pernikahan yang lebih terhormat dibandingkan meminta kepada orang tuanya. Ada rasa ksatria yang tertanam jika proses ini dilalui. Namun jangan lupa aturan, mencuri gadis dan melarikannya biasanya dilakukan dengan membawa beberapa orang kerabat atau teman. Selain sebagai saksi kerabat yang dibawa untuk mencuri gadis itu sekalian sebagai pengiring dalam prosesi itu. Dan gadis itu tidak boleh dibawa langsung ke rumah lelaki, harus dititipkan ke kerabat laki-laki.
Setelah sehari menginap pihak kerabat laki-laki mengirim utusan ke pihak keluarga perempuan sebagai pemberitahuan bahwa anak gadisnya dicuri dan kini berada di satu tempat tetapi tempat menyembunyikan gadis itu dirahasiakan, tidak boleh diketahui keluarga perempuan. 'Nyelabar', istilah bahasa setempat untuk pemberitahuan itu, dan itu dilakukan oleh kerabat pihak lelaki tetapi orangtua pihak lelaki tidak diperbolehkan ikut.
Rombongan 'nyelabar' terdiri lebih dari 5 orang dan wajib mengenakan berpakaian adat. Rombongan tidak boleh langsung datang kekeluarga perempuan. Rombongan terlebih dahulu meminta izin pada Kliang atau tetua adat setempat, sekedar rasa penghormatan kepada kliang, datang pun ada aturan rombongan tidak diperkenankan masuk ke rumah pihak gadis. Mereka duduk bersila dihalaman depan, satu utusan dari rombongan itu yang nantinya sebagai juru bicara menyampaikan pemberitahuan.
Caranya cukup sederhana, gadis pujaan itu tidak perlu memberitahukan kepada kedua orangtuanya. Bila ingin menikah, gadis itu dibawa. Mencuri gadis dengan melarikan dari rumah menjadi prosesi pernikahan yang lebih terhormat dibandingkan meminta kepada orang tuanya. Ada rasa ksatria yang tertanam jika proses ini dilalui. Namun jangan lupa aturan, mencuri gadis dan melarikannya biasanya dilakukan dengan membawa beberapa orang kerabat atau teman. Selain sebagai saksi kerabat yang dibawa untuk mencuri gadis itu sekalian sebagai pengiring dalam prosesi itu. Dan gadis itu tidak boleh dibawa langsung ke rumah lelaki, harus dititipkan ke kerabat laki-laki.
Setelah sehari menginap pihak kerabat laki-laki mengirim utusan ke pihak keluarga perempuan sebagai pemberitahuan bahwa anak gadisnya dicuri dan kini berada di satu tempat tetapi tempat menyembunyikan gadis itu dirahasiakan, tidak boleh diketahui keluarga perempuan. 'Nyelabar', istilah bahasa setempat untuk pemberitahuan itu, dan itu dilakukan oleh kerabat pihak lelaki tetapi orangtua pihak lelaki tidak diperbolehkan ikut.
Rombongan 'nyelabar' terdiri lebih dari 5 orang dan wajib mengenakan berpakaian adat. Rombongan tidak boleh langsung datang kekeluarga perempuan. Rombongan terlebih dahulu meminta izin pada Kliang atau tetua adat setempat, sekedar rasa penghormatan kepada kliang, datang pun ada aturan rombongan tidak diperkenankan masuk ke rumah pihak gadis. Mereka duduk bersila dihalaman depan, satu utusan dari rombongan itu yang nantinya sebagai juru bicara menyampaikan pemberitahuan.
Selasa, 28 Mei 2013
Baju Adat Indonesia
Setiap Provinsi di Indonesia tentunya memiliki baju adat yang berbeda, hal ini lah yang menjadikan Indonesia negara yang sangat beragam.... Apa saja baju adat Indonesia??? Lihat di bawah ini :D
Pulau Sumatera :
> NAD : Pidie
> Sumatera Utara : Karo
> Sumatera Barat : Batu Sangkar
> Riau : Teluk Belanga dan Kebaya Labuh
> Kepulauan Riau : Teluk Belanga dan Kebaya Labuh
> Jambi : Jambi
> Sumatera Selatan : Aisan Gede
> Bangka Belitung : Aisan Gede
> Bengkulu : Bengkulu
> Lampung : Tulang Bawang
Pulau Jawa :
> DKI Jakarta : Abang dan None
> Jawa Barat : Jawa Barat
> Banten : Pakaian Pengantin
> Jawa Tengah : Jawa
> DI Yogyakarta : Jogjakarta
> Jawa Timur : Madura
Nusa Tenggara & Bali :
> Bali : Payas Agung
> NTB : Sumbawa
> NTT : Nusa Tenggara Timur
Pulau Kalimantan :
> Kalimantan Barat : Perang
> Kalimantan Tengah : Sinjang (Barito)
> Kalimantan Selatan : Banjar
> Kalimantan Timur : Urang Besunung
Pulau Sulawesi :
> Sulawesi Utara : Minahasa
> Sulawesi Barat : Sulawesi Barat
> Sulawesi Tengah : Kulavi (Donggala)
> Sulawesi Tenggara : Babung Ginasamani
> Sulawesi Selatan : Toraja
> Gorontalo : Sundi dan Biliu
Maluku :
> Maluku : Maluku
> Maluku Utara : Maluku
Pulau Papua :
> Papua Barat : Serui
> Papua : Asmat
Kamis, 08 November 2012
Cara untuk Melestarikan Budaya dan Kesenian Indonesia
Di era globalisasi ini, kita harus melestarikan budaya Indonesia. Apalagi di jaman sekarang ini banyak generasi muda yang tidak peduli dengan kebudayan Indonesia. Agar budaya Indonesia tetap lestari ada cara - cara yang bisa kita lakukan seperti :
^ Memberikan pengertian kepada generasi muda betapa pentingnya budaya Indonesia untuk dilestarikan
^ Mengajarkan anak - anak untuk bermain alat musik tradisional atau belajar menari tradisional
^ Menetapkan hak paten agar kebudayaan Indonesia tidak diklaim negara lain
^ Sering menampilkan budaya Indonesia di acara - acara kenegaraan
View - Like - Share this link
https://www.youtube.com/watch?v=ZO-Ei1R2ZJ8
Thank you so much!!
Nama Rumah Adat di Indonesia
Provinsi Sumatera Utara : Rumah balai batak toba
Provinsi Sumatera Barat : Rumah gadang
Provinsi Riau : Rumah melayu selaso jatuh kembar
Provinsi Jambi : Rumah panggung
Provinsi Sumatera Selatan : Rumah limas
Provinsi Bengkulu : Rumah bubungan lima
Provinsi Lampung : Nuwo sesat
Provinsi DKI Jakarta : Rumah kebaya
Provinsi Yogyakarta : Rumah joglo
Provinsi Jawa Barat : Kesepuhan
Provinsi Jawa Tengah : Rumah joglo
Provinsi Jawa Timur : Rumah joglo
Provinsi Bali : Gapura candi bentar
Provinsi Nusa Tenggara Timur : Sao ata mosa lakitana
Provinsi Nusa Tenggara Barat : Dalam loka samawa
Provinsi Kalimantan Barat : Rumah panjang
Provinsi Kalimantan Tengah : Rumah betang
Provinsi Kalimantan Selatan : Rumah banjar
Provinsi Kalimantan Timur : Rumah lamin
Provinsi Sulawesi Utara : Rumah bolaang mongondow
Provinsi Sulawesi Tengah : Souraja / Rumah besar
Provinsi Sulawesi Selatan : Tongkonan
Provinsi Sulawesi Tenggara : Laikas
Provinsi Papua Jayapura : Rumah Honai
Gapura candi bentar |
Rumah Gadang |
Rumah Honai |
Rumah & Baju Adat Suku Sasak
RUMAH ADAT SASAK
Suku
Sasak adalah penduduk asli dan suku mayoritas di Lombok, NTB. Sebagai
penduduk asli, suku Sasak telah mempunyai sistem budaya sebagaimana
terekam dalam kitab Nagara Kartha Gama karangan Empu Nala dari
Majapahit. Dalam kitab tersebut, suku Sasak disebut “Lomboq Mirah
Sak-Sak Adhi.” Jika saat kitab tersebut dikarang suku Sasak telah
mempunyai sistem budaya yang mapan, maka kemampuannya untuk tetap eksis
sampai saat ini merupakan salah satu bukti bahwa suku ini mampu menjaga
dan melestarikan tradisinya.
Salah satu bentuk dari bukti kebudayaan
Sasak adalah bentuk bangunan rumah adatnya. Rumah bukan sekadar tempat
hunian yang multifungsi, melainkan juga punya nilai estetika dan
pesan-pesan filosofi bagi penghuninya, baik arsitektur maupun tata
ruangnya. Rumah adat Sasak pada bagian atapnya berbentuk seperti
gunungan, menukik ke bawah dengan jarak sekitar 1,5-2 meter dari
permukaan tanah. Atap dan bubungannya (bungus) terbuat dari alang-alang,
dindingnya dari anyaman bambu, hanya mempunyai satu berukuran kecil dan
tidak ada jendelanya. Ruangannya (rong) dibagi menjadi inan bale (ruang
induk) yang meliputi bale luar (ruang tidur) dan bale dalem berupa
tempat menyimpan harta benda, ruang ibu melahirkan sekaligus ruang
disemayamkannya jenazah sebelum dimakamkan.
Ruangan bale dalem dilengkapi amben, dapur, dan sempare (tempat menyimpan makanan dan peralatan rumah tangga lainnya) terbuat dari bambu ukuran 2 x 2 meter persegi atau bisa empat persegi panjang. Selain itu ada sesangkok (ruang tamu) dan pintu masuk dengan sistem geser. Di antara bale luar dan bale dalem ada pintu dan tangga (tiga anak tangga) dan lantainya berupa campuran tanah dengan kotoran kerbau atau kuda, getah, dan abu jerami. Undak-undak (tangga), digunakan sebagai penghubung antara bale luar dan bale dalem.
Ruangan bale dalem dilengkapi amben, dapur, dan sempare (tempat menyimpan makanan dan peralatan rumah tangga lainnya) terbuat dari bambu ukuran 2 x 2 meter persegi atau bisa empat persegi panjang. Selain itu ada sesangkok (ruang tamu) dan pintu masuk dengan sistem geser. Di antara bale luar dan bale dalem ada pintu dan tangga (tiga anak tangga) dan lantainya berupa campuran tanah dengan kotoran kerbau atau kuda, getah, dan abu jerami. Undak-undak (tangga), digunakan sebagai penghubung antara bale luar dan bale dalem.
BUSANA ADAT SASAK
Busana Adat Sasak : adalah busana yang dibuat dipakai serta didukung oleh masyarakat sasak . Busana Adat Sasak dalam perkembanganya dipengaruhi oleh budaya Etnis Melayu, Jawa, Bali dan Bugis. Pengaruh dari berbagai etnis tersebut beralkulturasi menjadi satu dalam tampilan Busana Adat Sasak. Busana adat Sasak di berbagai lokus budaya/ sub etnik juga kita dapatkan berbagai bentuk variasi yang mencirikannya. Dikarenakan budaya Sasak bersendikan agama maka busana Sasak disesuikan dengan aturan agama yang dianut ( mayoritas orang Sasak ; pemeluk Islam). Pemakaian busana adat dilakukan untuk kegiatan yang berkenaan dengan adat dengan tatacara yang beradat. Busana Adat berbeda dengan pakaian kesenian yang boleh memakai “sumping” , berkaca mata hitam, menggunakan pernik-pernik yang menyala keemasan. Dalam ketentuan dalam seminar dan lokakarya Pakain Adat Sasak yang dihadiri oleh para budayawan dan masyarakat adat, telah disepakati pedoman dasar busana adat sasak , jenis dan maknanya sbb.~ Laki - laki :
- Capuq/Sapuk ( batik, palung , songket)
- Baju Pegon ( warna gelap )
- Leang / dodot / tampet ( kain songket)
- Kain dalam dengan wiron / cute
- Keris
- Pemaja (pisau kecil tajam untuk meraut)
- Selendang Umbak ( khusus untuk para pemangku adat )
~ Perempuan :
- Pangkak : Mahkota
- Tangkong : Pakaian
- Tongkak : Ikat pinggang
- Lempot : selendang
- Asesoris
- Alas kaki : selop
Kesenian Khas Bali yang sudah Mendunia
Mungkin kebanyak para wisatawan mengira bahwa Bali adalah sebuah negara, tetapi sebenarnya Bali adalah sebuah provinsi bagian dari Insonesia. Berikut ini kita akan membahas tentang tarian khas Bali yang telah mendunia.
Kesenian
tari bali ini memang sangat di kagumi oleh banyak wisatawan asing
seperti wisatawan dari AS, Tailan, Australia, Jerman, Jepang dan juga
Cina, karena mereka suka dengan tarian anak bangsa indonesia yang
semakin tersohor karena karya kesenian tari mereka ini. Banyak sekali
turis yang mau berkunjung untuk bisa belajar tari bali karena mereka
suka sekali dengan cerita dan juga pertunjukan seni bali itu sendiri,
bali sangat banyak di temui sanggar tari apa itu tari seperti tari leak
atau tari legong yang sudah sangat terkenal sekali.
Tari
bali adalah tarian yang mengisahkan berdirinya bali dan juga
persembahan di mana sangang maha widi memberikan petunjuga bagi manusia
agar bisa beriman dan juga ada yang memceritakan bagaimana angkara
murka bisa di basmi seperti kisah ramah sinta. Unsur tari bali ini di
angkat dari cerita rakyat yang sudah di anut turun temurun hingga saat
ini masi sangat di budi dayakan karena karya seni bali di yakini bisa
mempunyai nilai seni megis yang bisa mengusir angkara murka di
kehidupan mereka.
Karya seni tari bali ini sudah di wariskan turun
temurun dari nenek moyang bangsa indonesia dan mempunyai arti
tersendiri bagi rakyat bali, Memang saya akui bali bisa memberikan
ketentraman bagi orang-orang yang berpariwisata di sana karena di sana
memberikan fasilitas yang bebas dan juga harus bisa mematuhi adat
setempat.
Yang
penting kita bisa memberikan yang terbaik seperti kesenian
tari bali yang selalu menyambut kedatangan paraturis luar negeri atau
dalam negeri yang selalu beta untuk bisa berlama-lama di pulau dewata
itu.
Langganan:
Postingan (Atom)